Diary London (part 4)
Pagi hari yang mustinya cerah (maksa!)…ternyata masih saja gerimis rintik-rintik. Hari itu, hari minggu, tepatnya minggu palma (Palm Sunday)…kegiatan pagi kami mengikuti misa minggu palma di Westminster Cathedral yang cukup dekat dengan hotel. Gerejanya cukup besar, maklum karena sebuah katedral. Misa dipimpin oleh uskup setempat. Satu yang khas, ternyata saat itu, dipakailah seuntai janur sebagai pengganti palma…hehehehe waaah khas yah…mungkin karena susah dapet palma atau gimana…entah, cuman berhubung kebiasa’an di semarang pake daun palem jadinya ya hehehe jadi pengalaman yang lain. Misa berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam. Sepulang dari misa, hujan masih saja mengguyur kota London. Tentu saja kegiatan ini, tidak boleh dipakai untuk kegiatan outdoor…so ya pastilah kegiatan indoor alias mengunjungi museum (gratis) jadi tujuan kami. Suasana hari minggu itu memang bener-bener dingin dengan angin kencang yang bertiup seakan ingin menari bebas di bumi London.
Jadilah, kami berjalan menuju stasiun underground St. James Park mengambil yellow line underground menuju stasiun Barbican. Dari sana, kami menuju Museum of London berhubung kami ingin melihat pameran “The Great Fire of London”. Kejadian ini adalah bagian dari sejarah kota London yang tepat terjadi di 2 September 1666. Film dokumentasi, lukisan, foto hitam dan putih, sisa reruntuhan, dll menjadi saksi yang tidak bisu karena mereka mampu “mengajak” kita untuk kembali ke masa terjadinya kejadian itu. Film berdurasi sekitar 15 menit di salah satu ruangan pun tak kami lewatkan. Hari itu, kebetulan ada banyak anak-anak SD berkunjung ke Museum of London. Rupanya, mereka sedang kunjungan museum. Saya perhatikan, tiap anak ditemani oleh orang tuanya dan mereka mengamati pameran yang ada, mereka menjawab pertanya’an di kertas tugas mereka, mereka berdiskusi dengan orang tua mereka mengapa begini dan begitu. Saya sempat “mengintip” salah satu pertanya’an di kertas tugas mereka. Pertanya’an itu begini: “perasaan apa yang dirasakan oleh penduduk London pada saat kebakaran itu terjadi? dapatkan kamu jelaskan, mengapa?”. Wah, pertanyaan sederhana tapi cukup menarik karena mengajak si anak mencoba menganalisa perasaan orang lain dengan mengemukakan pendapat dan “berangan” tentang perasaan itu. Belajar ber-empati mungkin juga jadi tujuan dari pertanyaan itu.
Jadilah, kami berjalan menuju stasiun underground St. James Park mengambil yellow line underground menuju stasiun Barbican. Dari sana, kami menuju Museum of London berhubung kami ingin melihat pameran “The Great Fire of London”. Kejadian ini adalah bagian dari sejarah kota London yang tepat terjadi di 2 September 1666. Film dokumentasi, lukisan, foto hitam dan putih, sisa reruntuhan, dll menjadi saksi yang tidak bisu karena mereka mampu “mengajak” kita untuk kembali ke masa terjadinya kejadian itu. Film berdurasi sekitar 15 menit di salah satu ruangan pun tak kami lewatkan. Hari itu, kebetulan ada banyak anak-anak SD berkunjung ke Museum of London. Rupanya, mereka sedang kunjungan museum. Saya perhatikan, tiap anak ditemani oleh orang tuanya dan mereka mengamati pameran yang ada, mereka menjawab pertanya’an di kertas tugas mereka, mereka berdiskusi dengan orang tua mereka mengapa begini dan begitu. Saya sempat “mengintip” salah satu pertanya’an di kertas tugas mereka. Pertanya’an itu begini: “perasaan apa yang dirasakan oleh penduduk London pada saat kebakaran itu terjadi? dapatkan kamu jelaskan, mengapa?”. Wah, pertanyaan sederhana tapi cukup menarik karena mengajak si anak mencoba menganalisa perasaan orang lain dengan mengemukakan pendapat dan “berangan” tentang perasaan itu. Belajar ber-empati mungkin juga jadi tujuan dari pertanyaan itu.
Selesai dari museum, maka tentulah saatnya berwisata kuliner, makan siang menjelang maksudnya hihihi…cuman kali ini aga’nya dengan pengaruuh cuaca yang jelek! hiks, maka kami pun berjalan menuju stasiun underground. Eh, dalam terlihatlah salah satu restoran favourite saya dari jaman bahula…yup KFC! Simple aja to? Tapi berasa bahagia, gimana enggaaa…udah “puasa” ngga makan di KFC selama 8 bulan karena di Norway ngga ada KFC…horeeee akhirnya kami makan di KFC sajah. Hihiihi saya bukan promosi restoran yah, cuman sharing aja karena saya suka ayam crispy KFC.
Setelah selesai makan siang, maka menujulah kami ke stasiun Oxford Circus yang terletak di persimpangan Oxford Street & Regent Street..Naaah, menyebut 2 nama jalan terkenal di London ini maka: saatnya untuk kegiatan belanja! Bagi yang suka belanja, maka kegiatan berjalan dari toko ke toko di 2 jalan ini sudah bisa menjadi tempat yang asik.
Toko pertama yang kami kunjungi adalah: Hamleys, sebuah toko mainan tertua dan terkenal di London. Toko berlantai 7 (dengan tiap-tiap lantainya didesikasikan untuk macam-macam umur) dibuka pertama kali tahun 1760. Rasanya, engga yang bayi, muda dan tua…semuanya tumplek blek di Hamleys. Sampai lupa waktu rasanya di situ. Sampai cape’ hihihihi…dan untuk keliling-keliling lagi rasanya kami udah ngga ada tenaga.
Berhubung hari besok sudah ada rencana lain, maka tujuan terakhir hari minggu itu adalah Hard Rock Café, London dekat dengan stasiun underground Hyde Park Corner. Berhubung saya belum punya souvenir dari HRC London, maka saya lengkapi koleksi HRC dengan “Jr.Tattoo Hoodie” dari London. Berhubung juga sudah waktu makan malem…ya sudah kami makan malam saja di HRC London yang kebetulan pas kami masuk restoran di sebelah toko souvenir, eeeh ada meja yang pas kosong. Hari itu….rasanya cape…banget.
Labels: Experience, Vacations
--------------------oOo--------------------
2 Comments:
wiiih..di london ada janur tho?? kalo di korea pakenya daun cemara..tapi tetep aja rasanya kok kurang mantep yah..mantep pake daun palma..haha jadi bener2 palm sunday :P
ditunggu part 5nya...seru..seruu!
hehehe tuul...kebiasaan pake palma kayanya lebih mantab! ;)
pake janur..pake cemara...rasanya musti ganti Janur Sunday gitu kaliii yaaah ;)
part 5..tunggu yaaah :)
Post a Comment
<< Home