Sebuah cerita...
Kali ini saya mau bercerita tentang seorang teman yang relatif baru saya kenal. Dia, sebut saja namanya Tulip. Seorang gadis remaja usia 25 tahun berbahasa Ilocano. Saya mengenalnya semenjak kami sama-sama mengikuti les bahasa norsk mulai Februari kemarin.
Dibilang dekat, tidak juga, namun kami memang sering pulang bersama-sama setelah les selesai, kebetulan dia tinggal di daerah yang sama dimana saya nge-kos. Dari seringnya pulang bersama itulah banyak cerita yang saya dengar dari dia...dia banyak sharing ke saya tentang pengalaman dia...dan saya banyak mendengarkan. Dari situ banyak "hal-hal" yang saya jadikan bahan perenungan.
Tulip bekerja sebagai seorang au pair di sini. Dia tinggal bersama dengan sebuah keluarga norsk yang memiliki tiga orang anak. Tulip termasuk beruntung (menurut saya) karena host family tempat dia tinggal kedengarannya baik. Ini versi cerita yang saya dengar dari dia. Dia diperlakukan dengan sangat baik. Tugas dia tidak banyak, hanya membantu keluarga tersebut dengan pekerjaan rumah tangga. Gaji yang diberikan tidak banyak karena hampir semua kebutuhan yang diperlukan dia sehari-harinya telah ditanggung oleh si host family tsb, pertama kali saya tahu berapa besar gaji yang diberikan...saya sempat tersedak. Ah, saat itu juga saya teringat beberapa teman-teman yang selalu berkompetisi untuk mencari pekerjaan dengan gaji "luar biasa".....andai mereka tahu masih ada yang jauh-jauh di bawah mereka.
Saya melihat dia sebagai seorang gadis remaja yang bersahaja. Dia cerita kalau dia sudah tidak punya orang tua lagi, dialah yang menghidupi adik perempuan dan adik laki-lakinya berhubung dia adalah anak pertama. Dia bercerita semenjak umur 18 tahun, dia sudah mulai bekerja untuk mencari biaya bagi adik-adiknya. Dia bilang sebenarnya ingin terus bisa sekolah, tapi dia rela untuk bekerja demi adik-adiknya...maka ketika pekerjaan yang dimilikinya dulu dirasa tidak cukup, maka dia hijrah ke Singapore lalu ke Norway ini. Dia memutuskan untuk bekerja setelah dia kehilangan ayahnya...sedihnya lagi ayahnya meninggal tepat dia lulus SMA dan bertepatan dengan father's day. Dia bilang, saat itu rasanya dia sungguh terpukul...bagaimana tidak, ayahnya adalah seorang ayah dan ibu bagi mereka. Saat dia berusia 10 tahun, orang tuanya bercerai..dan sejak saat itulah Tulip tak pernah lagi bertemu dengan ibu kandungnya.
Jujur, saat saya mendengarkan cerita dia...kami berdua sempat berkaca-kaca. Saya masih ingat, saat itu cuaca hangat dan angin sepoi-sepoi di Oslo. Kami duduk berdua di dekat sebuah taman kota pada saat dia bercerita tentang keluarganya. Saya banyak mendengarkan dia, membiarkan dia "kembali" mengenang cerita masa lalunya.....tapi tanpa dia sadari..saya banyak belajar dari cerita tsb.
Ah, terkadang hal-hal seperti ini sering saya lupakan...betapa keras perjuangan dan kerelaan yang sungguh luar biasa dari seseorang sampai harus merelakan kepentingan pribadinya demi keluarga. Ini salah satu segi positif yang saya dapatkan dari tinggal di negeri orang, saya banyak belajar dari teman-teman baru dari berbagai belahan dunia. Dulu pandangan saya "sempit" namun dengan banyak mengenal dan tahu cerita dari orang lain maka pandangan saya tampaknya lebih "kaya" dibanding dulu. Ini membuat saya semakin menyadari bahwa saya musti harus dan selalu bersyukur dengan apa yang saya miliki saat ini...regardless kalau saya masih sering cranky.
Pengalaman batin yang saya dapatkan selalu saya renungkan dalam hati...dan saya yakin suatu saat nanti pasti berguna. Saat ini saya masih dalam proses pembelajaran untuk bisa hidup mandiri, saya masih berjalan meniti jalan kecil ini....aaah kadang saya merasa malu sendiri masih sering be-te dan cranky.
Labels: Sharing
--------------------oOo--------------------
0 Comments:
Post a Comment
<< Home