Monday, December 14, 2009

Ketika Perbedaan Budaya Hadir….

Tulisan ini saya buat memang berdasarkan pengalaman pribadi saya dikarenakan saya dan suami berasal dari 2 budaya yang berbeda…sangat jauh berbeda. Perbedaan itu tidak selamanya negatif tetapi juga ada positifnya wajar dan normal. Saya pribadi berusaha menyikapi perbedaan yang ada ini dengan cara berkomunikasi dengan si doi alias suami saya. Sudah dari dulu sih, pada waktu kita pacaran sampai ya saat ini ketika kami sudah menikah, kita ingin komunikasi apa adanya diutamakan dalam hubungan kami supaya sama-sama enak dan ga ada yang ditutupi…ga usah perkiwuh dan malu-malu kucing. Jadi inilah salah satu segi positif yang saya ambil dari perbedaan yang ada.

Perbedaan yang selama ini kami alami ya berkisar mengenai cara pandang dan kebiasaan-kebiasaan dalam hidup sehari-hari alias tradisi kami masing-masing. Karena ini tulisan saya yang buat, maka ya saya pribadi bersyukur bahwa suami saya termasuk orang yang pengertian…bukan saya mau menyombongkan dia, namun memang ini apa adanya. Apabila tidak ada pengertian, saya yakin hubungan kami yang dilatar-belakangi dengan 2 budaya yang berbeda pastilah mustahil dijalani.

Contoh yang sangaaat sederhana misalnya, saya ini kan terbiasa dengan kebiasaan jawa (karena memang berasal dari keluarga Jawa)…nah, dari dulu pasti sudah terbiasa memakai tangan kanan kalo mau memberikan sesuatu ke orang lain, apalagi ke orang yang lebih tua. Misal sekalipun musti pake tangan kiri, pasti ada ”kata-kata” sopan: misalnya nyuwun sewu atau maaf ya pakai tangan kiri. Nah si suami saya ini suka bangeet kasih sesuatu pake tangan kirinya. Awalnya saya risi bangeet, trus saya komentar ke dia. Kasih opini alias cara pandang saya, nah dia juga kasih opini dia ke saya. Jadi menarik banget . Si suami sih bisa mengerti, artinya begini, dia akan belajar mengingat kebiasaan ini soalnya memang untuk menjaga hal yang baik eeh misalnya pada saat dia memberikan sesuatu ke ortu atau embah saya begitu hehehe kan ga lucu kalo sampe terjadi salah paham gara2 hal sepele. Cuman saya pun ga baik protes secara tiba-tiba kalo misal dia akhirnya lupa dan pake tangan kiri Sederhana kan perbedaan ini ???

Contoh yang mau saya kasih nih mengenai pengalaman kemaren pada waktu kami menikah. Semua pasti sudah tau kalo tradisi Jawa yang berkenaan dengan urusan pernikahan itu buanyak, detail dan kadang ”berat”. Nah pada waktu awal rencana pernikahan kami, memang saya sudah kasih ancang2 ke dia kalo nantinya bakal buanyak tradisi Jawa ini dan itu supaya dia siap jauh hari sebelumnya. Sebetulnya bisa saja, saya dan keluarga ”lewatkan” segala macam urusan tradisi Jawa ini..yang penting menjalani acara menikah secara keagamaan dan negara sah, selesai, jadi beres. Tapi memang dari saya sendiri saya pengen ”melestarikan budaya” yang memang sudah saya kenal dari masih bayi sampe segedhe begini. Tapi saya sendiri tidak terlalu suka dengan tradisi yang tidak bisa ditoleransi/saklek/harga final begitu, soalnya menurut saya tradisi itu dijalani harus dengan hati yang lapang, hati yang gembira bukan dengan keterpaksaan harus menjalaninya. Nah, berhubung 2 budaya kami berasal dari akar yang berbeda maka menjelaskan makna dan tata cara tradisi cukup menantang juga .

Saya masih ingat ketika kami membahas soal siraman. Nah, menurut adat & tradisi kan ga boleh si calon pengantin saling ketemuan alias melihat pasangannya siraman. Ini salah satu perdebatan juga sih waktu itu, opini ortu-keluarga bilang dia ga bisa liat pas waktu saya siraman…tapi seluruh keluarga dan tamu dari Norway boleh liat, dia di hotel saja. Pada saat itu saya bayangkan dia yang ”manyun” di hotel sementara keluarga dia plus teman2 dari Norway bisa datang ke rumah saya melihat acara. Jadi memang waktu itu, saya yang perjuangkan hal ini dengan meminta ortu & juru rias memperbolehkan supaya dia bisa lihat siraman. Ga gampang menjelaskannya sih, alasan saya begini: kalo kami sama-sama orang Indonesia, ya wajar kalo pada saat siraman diselenggarakan masing-masing jadi emang ga bisa saling lihat. Tapi ini, saya yang orang Indonesia dan dia orang Norway. Bagi saya, saya sangat menghargai bahwa dia setuju menikah dengan memakai adat jawa yang komplit. Jadi saya minta juga ortu bisa pahami hal ini. Melihat acara tradisi ini kan jarang-jarang buat orang luar, apalagi Norway dan Indonesia jarak tempuhnya cukup jauh. Nah, jadi begitulah diambil jalan tengahnya. Awalnya yang dia tidak siraman plus pangkas rikmo (potong rambut) akhirnya diadakan di rumah sebelah setelah acara siraman saya selesai. Jadi, dia beserta rombongannya melihat saya pas siraman. Ini berlaku juga pas acara midodareni, acara malam sebelum pernikahan hari berikutnya. Kami boleh ketemuan juga
Yang bikin saya seneng lagi adalah ketika tante dia boleh juga nyirami saya, wah bagi mereka selain kehormatan juga kebanggan tersendiri. Untunglah keluarga dia juga sangat terbuka dan mendukung tiap2 acara. Misalnya ya mau pakai kebaya dan beskap, pakai batik begitulah .

Ada lagi sebetulnya pas acara mau berangkat ke gereja untuk pemberkatan, nah ada acara temon, dimana pengantin pria menjemput pengantin wanita. Nah di acara itu kan ada yang pengantin wanita mencuci kaki si pengantin pria kan, nah pada saat itu setelah saya mencuci kaki dia…dia juga gantian mencuci kaki saya. Beberapa orang cukup banyak berkomentar mengenai hal ini , karena tidak ada di adat tradisi Jawa. Tapi menurut saya, makna mencuci kaki itu kan sebagai bentuk pelayanan, rasa hormat terhadap pasangan hidupnya kan? Nah, mengapa tidak pria melakukan hal yang sama terhadap pasangannya? Saya sih membayangkan memang jaman dulu, wanita Jawa kondisinya berbeda dengan yg sekarang ini…jadi hanya wanita saja yang mencuci kaki pria. Tapi apabila tradisi bisa dipadukan dengan kondisi sekarang ini, dimana era persamaan hak antara pria & wanita sudah lazim adanya, mengapa tidak? Toh, tidak ada yang salah dengan arti saling melayani dan hormat menghormati antara suami istri bukan? Yang terpenting lagi, tradisi mencuci kaki itu harus bisa diterapkan dalam kehidupan berumah tangga nantinya, bukan hanyak sebagai simbol saja (biar bagus buat difoto & dikenang misalnya).

Jadi begitulah cerita kali ini, saya belajar menyikapi perbedaan antara kami bukan sebagai hal yang negatif tetapi sebisa mungkin kami belajar mencari solusi dengan keterbukaan dan komunikasi di antara kami. Semoga bisa menjadi inspirasi

Labels: ,

--------------------oOo--------------------

Wednesday, December 09, 2009

Tinggal di apartment

Saya resmi pindah ke Trondheim kira2 bulan Agustus tahun ini. Jadi sepulangnya dari liburan di Indonesia dalam rangka menikah dan bulan madu maka saya dan suami pulang ke Trondheim. Suami memang kebetulan sudah memiliki apartemen tempat dimana dia tinggal yang letaknya di Trondheim bagian barat tepatnya di daerah bernama Romolslia. Lokasinya memang praktis karena dekat dengan kantor, alias kalo naek mobil sekitar 10menit karena kantor kami tidak berada di pusat kota yang pasti terimbas macet di pagi hari dan di sore hari (tapi kalo jalan kaki ya lumayan siih bisa sekitar 1 jam, dengan tempo langkah saya yang kecil2 gituw). Alternatif laen sih bisa naek sepeda dari apartemen menuju kantor dan paling cuman sekitar 20-30menit.

Apartmen kami terdiri dari 11 lantai, dan tiap lantai terdapat 5 apartement. Areal apartmen di daerah kami ini memang merupakan kompleks tempat tinggal banget, baik berupa rumah berderet ataupun apartment seperti tempat tinggal kami. Fasilitas di kompleks ini cukuplah lengkap dengan adanya tempat bermain anak2 mulai dari ayunan, perosotan sampai lapangan sepak bola yang multifungsi alias kalo summer dipake untuk main sepak bola tapi kalo winter dijadikan arena ice-skatting. Ada juga sekolah TK dan SD dibarengi dengan poliklinik sekolah. Ada juga 1 buah supermarket yang menjual kebutuhan rumah tangga beserta makanan. Fasilitas transportasi juga lumayan baik, ada 1 rute bus dari kompleks ini menuju ke sentrum atau pusat kota. Dan yang asik juga, kompleks perumahan ini dekat dengan hutan kecil (ruang hijau kota) yang bisa dijadikan tempat refreshing jalan2, dan mencari jamur kalo pas musim jamur tiba...lumayan gratis mengambil jamur di hutan. Di hutan itu juga kadang-kadang kita bisa liat rusa, tupai, dan teman-temannya. Jadi istilahnya dari segi fasilitas, memang cukup baik.

Mengenai apartemen kami, luas primernya sih 72m2. Ga luas-luas banget tapi cukuplah untuk tinggal kami berdua saat ini. Ada 2 kamar tidur, utama dan yang satu lagi aga kecil (biasa untuk kamar tamu plus ruangan maen game). Kamar mandi yang terpisah dari toilet (ini konsep yang saya suka hehehe soalnya jadi ga tergantung lagi mandi atau lagi bisnis yang laen ). Kemudian ruang tamu/ruang santai/tempat meja makan utama dalam satu ruangan. Ruangan dapur ada juga yang terpisah sendiri. Kemudian ada 2 beranda di 2 arah yang berbeda, jadi enak kl pas musim panas kami biasanya makan di beranda. Dan ada 1 gudang kecil. Karena ini apartmen jadi di lantai basement, kami masih punya 1 ruangan bersama dengan penghuni apartmen yang laen buat menaruh barang2 kaya sepeda, atau kardus2, papan maen ski, dll.

Jadi begitulah gambaran tempat tinggal kami disini. Cukuplah untuk kondisi sekarang ini, cuman sebentar lagi kami akan pindah tempat tinggal hehehehe . Alasannya sih memang kami pengen cari yang aga lega dikit gituw alias ada beberapa kamar tidur jadi kalo ada tamu yang nginep bisa aga leluasa dikitlah. Dan berhubung saya ini suka sama halaman alias ada ruang di luar rumah yang bisa dipake pribadi makanya kami beli rumah yang punya halaman sendiri hehehe.

Maka dari itulah sebelum saya ceritakan tentang rumah yang barusan kami beli, saya pengen posting tentang apartmen kami sekarang ini. Cerita mengenai rumah yang baru nanti deh saya posting setelah pindahan rumah hehehe

Labels: ,

--------------------oOo--------------------

Pengen cerita-cerita lagi

Waah...waaah, blog saya yang satu ini rupanya sudaaah luamaaa terbengkalai . Tetapi sebelumnya, mungkin perlu saya tulis sekilas dulu sedikit cerita sebagai pengganti "mata rantai yang terputus" sejak postingan terakhir saya jadinya nanti nyambung dengan cerita-cerita baru yang akan saya postingkan .

Singkatnya begini, pada tanggal 19 Juli 2009, saya menikah dengan seorang pria yang berasal dari negeri kutub utara alias dari Norwegia. Cerita mengenai awal hubungan kami dan juga persiapan pernikahan kami serta cerita pernikahan kami silahkan dibaca (disini)

Awalnya saya tinggal dan bekerja di Oslo, namun si suami saya ini tinggal dan bekerja di Trondheim, maka sesudah kami menikah, akhirnya diputuskan saya yang pindah ke Trondheim. Syukurlah saya bisa minta pindah ke kantor cabang yang ada di Trondheim sehingga urusan pekerjaan tidak ada halangan. Lagipula, saya sudah pernah tinggal di kota Trondheim ini semenjak saya datang pertama kali untuk kuliah di Norwegia sini dari tahun 2004-2006. Jadi ya saya tidak canggung lagi untuk tinggal di Trondheim secara saya sudah mengenal sedikit tentang kota ini begitu pula masyarakat & rekan-rekan Indonesia yang tinggal di Trondheim.

Nah, di postingan-postingan selanjutnya, saya sih berencana untuk mengupdate kembali blog ini yang sudah lamaaaa terbengkalai. Jadi sampai ketemu dan semoga dapat enjoy dengan cerita-cerita saya yah.

Labels: ,

--------------------oOo--------------------